akhirnya rumah itu terwujud… Wednesday, Oct 21 2009 

Alhamdulillah…setelah menjadi kontraktor bertahun-tahun (8 tahunan)…dengan izin Allah keinginan untuk punya rumah sendiri akhirnya terwujud setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan…
Emang gak mudah prosesnya..tapi alhamdulillah semua bisa lancar…ada banyak kendala yang saya rasakan, tapi secara global ada 2 kendala besar:

1. Keterbatasan dana, gak ada tabungan dsb.
ini mah masalah klasik…apalagi bagi orang dgn penghasilan pas2an kayak saya…tapi alhamdulillah ada solusi yang sangat membantu….setelah proses yg cukup lama (kurang lebih setahun bro) akhirnya pengajuan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang saya ajukan di BMI di acc..(info lebih jelas klik disini http://www.muamalatbank.com) agar cicilan terjangkau tiap bulannya, saya mengajukan jangka waktu terpanjang (15 th….wah lama juga ya…)
satu masalah terselesaikan…

2. Keterbatasan waktu & ilmu tentang bangunan
ini juga menjadi masalah….karena gak mungkin saya mengawasi sendiri proses a-z pembangunan rumah (kan harus kerja bro), dan juga awamnya saya tentang ilmu bangunan….sampai akhirnya ketemu dengan rekan yang punya bisnis property mau membantu…akhirnya untuk teknis pembangunan rumah (desain, tukang, bahan bangunan sampai finishing) saya serahkan sepenuhnya (borongan kata org jawa).. saya tinggal mengecek apakah pembangunanya sesuai dengan kesepakatan yg telah di acc bersama. untuk menimba ilmu bangunan, saya jiga rajin berguru pada Mbah Google….(makasih ya mbah.he he…) 2 masalah selesai…

Satu hal lagi yang juga harus diingat adalah dukungan keluarga…(termasuk keluarga besar)…terutama istri dan anak2…sejak awal semua hal terkait proses pengajuan KPR sampai pembangunannya saya komunikasikan dengan istri & anak2… alhamdulillah mereka penuh pengertian…(terima kasih kekasih hatiku atas dukungannya).

berikut gambaran proses pembangunan rumah kami.

desain awal…

desain awal

hasil akhir……

Kesasar di blog sendiri Wednesday, Oct 21 2009 

Cukup lama blog ini tidak aku buka…sampai akhirnya tanpa sengaja aku kesasar ke blog ini (kok bisa ya?)….oh ternyata masih ada ya..
Ya udah…akhirnya aku putusin utk aktif kembali menulis diblog ini…
Maaf ya..cukup lama aku tinggalkan.
Sebenarnya keinginan utk menulis masih ada…tapai karena berbagai kondisi membuat jadi tertunda..tertunda dan tertunda (alasan aja..he he)
Ok lah mulai saat ini aku ingin balik lagi menulis khusus untuk blog ini…
wordpress…aku balik lagi!!

Menggapai Da’wah Berkah (1) Tuesday, Apr 14 2009 

oleh: Teh Yun

Da’wah merupakan kewajiban syar’i (agama) dan ijtima’i (sosial ) yang mesti ditegakkan. Hal ini telah dtegaskan dalam Islam. Banyak ayat-ayat Al Qur’an dan sabda Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan kewajiban berda’wah baik sebagai individual ataupun sebagai kewajiban kolektif.
Firman Allah yang mengisyaratkan kewajiban berda’wah yang ditujukan pada individu muslim antara lain :
“ Serulah ( manusia ) kepada jalan Robbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Robbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-NYA dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 125 ).
Sabda Rasulullah saw. :
“ Barangsiapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya.Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu , maka ubahlah dengan hatinya; itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim ).

Sedangkan firman Allah yang dinilai sebagai perintah da’wah yang harus dijalankan secara kolektif antara lain:
“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. “ ( QS. Ali Imran : 104 )
Da’wah yang kita lakukan adalah da’wah Rabbaniyah (menyeru kepada Allah ), karenanya seluruh aktifitas hanya ditujukan untuk mencari ridho Allah SWT. Da’wah yang dimaksud juga berarti da’wah qur’aniyah, yaitu da’wah yang senantiasa didasarkan pada manhaj Allah SWT yang digariskan dalam Al Qur’an. Ini berarti karena Al Qur’an adalah al Mubarak ( diberkahi ) maka siapa saja yang menjalankan da’wah Qur’aniyah akan mendapat berkah.

Da’wah Berkah
Karena da’wah kita adalah da’wah qur’aniyah yang bersumber dari Al Qur’an dan kita tahu al Qur’an adalah al Mubarak ( diberkahi ) dari berbagai sisi. Yaitu dari sisi yag menurunkan yaitu Allah Swt, yang membwa turun yaitu malaikat Jibril, dan juga yang menerima Al Qur’an yaitu Rasulullah saw. Seluruhnya Mubarak. Begitu juga dengan waktu turun dan tempat turunnya, al Mubarak. Jadi da’wah yang dijalankan dengan berminhaj pada Al Qur’an adalah da’wah yang berkah.

Keberkahan yang bagaimana yang akan kita dapat dengan da’wah yang hanya untuk mencari ridho Allah SWT semata ?
Pada dasarnya berkah atau barokah adalah ziyadatul khair
(bertambahnya kebaikan). Kebaikan yang akandapatkan baik di dunia maupun di akhirat.
a.Kebaikan di dunia
adalah bertambahnya materi, pendukung da’wah, dimudahkan segala urusan oleh Allah SWT , persis yang diisyaratkan terkait dengan ketaqwaan dan keimanan. Firman Allah :
“ Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya).(QS 7:96)

Keberkahan yang lain adalah berupa nama yang besar dan abadi sebagaimana kita lihat dalam sirah. Bangsa Arab yang sebelumnya tidak diperhitungkan kemudian menjelma menjadi bangsa yang memiliki kekuasaan yang luas dengan Islam. Begitu juga dengan para sahabat seperti Bilal, seorag budak yang akhirnya mendapat kedudukan mulia dalam Islam.

b.Kebaikan di akhirat,
sudah jelas apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya , yaitu tempat kembali yang paling baik, yaitu surga.
“ Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai – sungai di dalamya ……..” ( QS Al Baqarah: 25 ).

Wallahu’alam

Amanah Saturday, Jun 21 2008 

Rasulullah saw. bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah swt.: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” (An-Nisa: 58)

Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini diperkuat dengan perintah-Nya: “Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” Dan keadilan dalam hukum itu merupakan salah satu amanah besar.

Itu juga diperjelas dengan sabda Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki adalah pemimpin di tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Dan Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim lagi amat bodoh.” (Al-Ahzab 72)

Dari nash-nash Al-Qur’an dan sunnah di atas nyatalah bahwa amanah tidak hanya terkait dengan harta dan titipan benda belaka. Amanah adalah urusan besar yang seluruh semesta menolaknya dan hanya manusialah yang diberikan kesiapan untuk menerima dan memikulnya. Jika demikian, pastilah amanah adalah urusan yang terkait dengan jiwa dan akal. Amanah besar yang dapat kita rasakan dari ayat di atas adalah melaksanakan berbagai kewajiban dan menunaikannya sebagaimana mestinya.

Amanah dan Iman

Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran. Sabda Rasulullah saw. sebagaimana disebutkan di atas menegaskan hal itu, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Barang siapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan siapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang munafik. Disia-siakannya amanah disebutkan oleh Rasulullah saw. sebagai salah satu ciri datangnya kiamat. Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya–, Rasulullah saw. bersabda, “Jika amanah diabaikan maka tunggulah kiamat.” Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (Al-Bukhari)

Macam-macam Amanah

Pertama, amanah fitrah. Dalam fitrah ada amanah. Allah menjadikan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Karenanya, fitrah selaras betul dengan aturan Allah yang berlaku di alam semesta. Allah swt. berfirman: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al-A’raf: 172)

Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu berada dalam kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti kepekatan hawa nafsu dan penyakit-penyakit jiwa (hati). Untuk itulah manusia harus memperjuangkan amanah fitrah tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi kekuatan dalam menegakkan kebenaran.

Kedua, amanah taklif syar’i (amanah yang diembankan oleh syari’at). Allah swt. telah menjadikan ketaatan terhadap syariatnya sebagai batu ujian kehambaan seseorang kepada-Nya. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh (kewajiban-kewajiban), maka janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-batasan (hukum), maka janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal karena kasih sayang kepada kalian dan bukan karena lupa.” (hadits shahih)

Ketiga, amanah menjadi bukti keindahan Islam. Setiap muslim mendapat amanah untuk menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam dirinya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang baik maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang rang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (Hadits shahih)

Keempat, amanah dakwah. Selain melaksanakan ajaran Islam, seorang muslim memikul amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia kepada Islam itu. Seorang muslim bukanlah orang yang merasa puas dengan keshalihan dirinya sendiri. Ia akan terus berusaha untuk menyebarkan hidayah Allah kepada segenap manusia. Amanah ini tertuang dalam ayat-Nya: “Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.” (An-Nahl: 125)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan usaha Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan dengan dunia dan segala isinya.” (al-hadits)

Kelima, amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi. Tujuannya agar manusia tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek kehidupannya. Tentang amanah yang satu ini, Allah swt. menegaskan: “Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya.” (Asy-Syura: 13)

Keenam, amanah tafaqquh fiddin (mendalami agama). Untuk dapat menunaikan kewajiban, seorang muslim haruslah memahami Islam. “Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.” (At-Taubah: 122)

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)

sumber:www.dakwatuna.com

Kunci meraih ketenangan hidup Saturday, Jan 5 2008 

hidup tenang adalah dambaan setiap insan…tapi ketenangan hidup kadang sulit untuk diraih. sebagian orang menganggap bahwa ketenangan hidup akan didapatkan jika dapat memiliki harta yang berlimpah….nyatanya banyak orang bergelimang harta. asetnya ada dimana-mana…ntah berupa rumah mewah, tanah luas, mobil terkini dll..tapi ternyata kekayaannya itu tidak membuatnya meraih ketenangan hidup, bahkan sebaliknya membuat dia semakin sengsara…semakin cemas dan stres bagaimana mengelola/ menjaga hartanya itu…

ada yang menganggap akan hidup tenang jika punya istri cantik jelita..yang tak akan jemu mata memandangnya…tapi ternyata punya istri cantik malah membuat hati tidak tenang karena khawatir direbut orang…

Ada yang mengira jabatan & kekuasaan adalah kunci meraih ketenangan, karena dianggapnya dengan jabatan & kekuasaan dia bisa melakukan apa saja yang diinginkan, sehingga orang seringkali berlomba-lomba untuk meraihnya, walaupun kadang harus menggunakan segala cara dengan kolusi, suap, pergi ke dukun dll. Nyatanya justru sebaliknya, jabatan dan kekuasaan itu malah membelenggunya…malah membuat stress karena banyak problematika yang dihadapinya.

Trus bagaimana meraih ketenangan hidup ini?.  Barangkali kiat Al Imam Al Hasan Al Bashri bisa menjadi solusinya. Beliau mengatakan bahwa ada 4 kunci meraih ketenangan hidup, yakni:

1. “aku tahu bahwa rezekiku tidak akan jatuh ke tangan orang lain, maka hatiku menjadi tenang karenanya”.

2. “aku tahu bahwa tugasku tidak akan dikerjakan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengannya”

3. “aku tahu bahwa Allah swt selalu melihatku, maka aku malu jika aku menjatuhkan diriku dalam lumpur dosa”.

4. “aku tahu bahwa ajal itu pasti datang, maka aku selalu bersiap-siap menantinya.”

Demikian kiat dari Al Imam Al Hasan Al Bashri untuk meraik ketenangan hidup.  semoga kita dapat mengambil hikmahnya.

Allahu’alam.

Next Page »